Sebagai
cewek yang ngaku Blogger Traveller (meski cuma lingkup
Kabupaten :D), saat ini saya sering berkeliaran di beberapa
tempat wisata. Meski tempat tersebut pernah saya kunjungi, tapi rasa
penasaran masih tinggi.
Beberapa
bulan yang lalu saya berkunjung ke Puncak Sendaren yang memiliki
Jembatan Selfie ngehitz di kalangan traveller. Sebuah
objek baru di di Purbalingga ini mampu menyedot ratusan pengunjung
per harinya.
Kebetulan
pas saya datang di saat siang bercampur awan gelap, hujan dan cerah
kembali. Mungkin cuaca saat itu tahu kalau yang datang itu ada orang
lagi galau seperti saya. #Ehh. Dari cuaca yang tidak menentu saya
justru sangat bersyukur karena bisa mengetahui secara langsung
keadaan Puncak Sendaren dengan berbagai cuaca. Negeri di atas awan
pun patut disematkan ketika kabut mulai menurun ke bawah pegunungan.
Baca
juga : Kecantikan di Atas Gunung Sendaren
Semenjak
kunjungan yang pertama itu, banyak teman-teman yang menawari saya
camping di sana. Katanya bagus banget pemandangan di pagi harinya.
Pas dengernya si antusias banget, cuma pas mempraktekkannya saya
kebanyakan alasan gak bisa karena sok sibuk dengan kerjaan. Dan
Alhamdulillah, 20 Agustus 2016, akhirnya saya jadi naik ke Sendaren
lagi.
Perjalanan
dari pintu loket dimulai sehabis Isya, jam delapan malam. Memilih
perjalanan malam, bertujuan agar tidak terlalu ngoyo sayanya.
Ya meskipun beberapa menit saya harus berhenti untuk istirahat dan
minum. Namun, ada pesona sendiri di balik derita perjalanan yang
gelap.
Kita
ditemani rona pijar rembulan yang terang dengan warna putihnya.
Memberikan keelokan tersendiri di malam hari dan berpadu
kerlap-kerlip lampu jalan dan rumah di bawah sana. Wajah malam yang
mencekam pun berubah menjadi gemerlapnya malam.
Setelah
memakan waktu dua jam, akhirnya kita sampai di Puncak Sendaren.
Langsung saja kita menyiapkan tenda untuk istirahat (teman-teman
ding, saya sibuk nyiapin untuk isi perut). Tenda jadi dan kita
semua sudah makan, lanjut deh untuk istirahat. Masuk ke tenda
masing-masing. Oh ya, rasanya tidur di pegunungan itu sesuatu, alas
matras dan tentunya kasur alami dari tanah. Kebayang gimana empuknya,
seperti kasur yang udah gak dijemur bertahun-tahun. Tapi, yang
namanya ngantuk, ya udah, bisa tidur nyenyak sampai subuh.
Pagi
hari langsung deh ke kamar kecil (tersedia kamar mandi meski kecil
dan sederhana) untuk siap-siap Shalat Subuh. Setelah kelar, bermake
up lah kita, eh bukan kita, mereka aja, saya gak ikutan.
Selanjutnya
beberes tenda dan lain-lain, kalau saya asyik nyelfie. Hihihihi
Dengan
suasana yang masih pagi, tentunya berhasil mengambil Siluet Jingga
dari Sang Surya. Hembusan angin yang lembut berpadu dengan
pemandangan yang sedap dipandang. Inilah surga dunia. Hingga saya
terjebak dengan kamera ponsel. Ke setiap sudut untuk mengabadikan
momen dan keindahan, terutama di Jembatan Selfie.
Setelah
puas berfoto-foto, saatnya sarapan dengan mie instan, minumnya susu,
cemilannya roti. Hahahaha yang penting praktis.
Saat
pulang kita mengambil sampah-sampah yang ada. Karena sudah menjadi
tanggungjawab kita semua, tidak boleh membuang sampah sembarangan. Di
manapun, kapanpun, jaga kebersihan!